Analisis Indeks Harga Konsumen dan Inflasi
Gula dan Kedelai
Tabel IHK, GDP Deflator, dan Inflasi Gula
Grafik Inflasi Gula
Analisis
Indeks harga yang digunakan untuk tingkat inflasi adalah indeks harga konsumen. Berdasarkan grafik IHK gula pada tahun 1995-2002, terlihat jelas adanya kenaikan inflasi yang sangat tajam pada tahun 1997 menuju 1998 sehingga menyebabkan stagflasi. Hal tersebut diakibatkan oleh krisis moneter yang terjadi di dunia khususnya di Indonesia. Akibat krisis moneter tersebut, keseimbangan harga gula baik dari segi penawaran dan permintaan mengalami pergejolakan yang tidak stabil. Naiknya nilai IHK pada tahun 1997 ke 1998 diakibatkan oleh harga perdagangan dunia mengalami kenaikan secara terus-menerus, sehingga berdampak kepada perekonomian dunia.
Penurunan angka IHK yang sangat drastis pada tahun 1998 ke 1999 mengakibatkan terjadinya deflasi yang sangat tajam. Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh. Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral deflasi (deflationary spiral).
Tabel IHK, GDP Deflator, dan Inflasi Kedelai
Grafik Inflasi Kedelai
Analisis
Berdasarkan data pada tahun 2005-2006, harga kedelai tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Tetapi, rata-rata konsumsi masyarakat terhadap kedelai mengalami kenaikan sebesar 10 %. Sedangkan pada tahun 2007, rata-rata konsumsi masyarakat masih tetap mengalami kenaikan yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, meskipun harga yang juga mengalami kenaikan sebesar Rp2125 lebih besar dari kenaikan harga pada tahun 2005-2006. Pada tahun 2008, harga kedelai hanya mengalami kenaikan sebesar Rp300 dan rata-rata konsumsi masyarakat mengalami sedikit kenaikan.
Kenaikan terhadap kedelai dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat terhadap kedelai dimana kedelai merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Dan kenaikan harga yang terjadi pada kedelai dinilai tidak mempengaruhi permintaan masyarakat. Tetapi pada tahun 2009-2010 harga kedelai cenderung mengalami penurunan, walaupun penurunan tersebut tidak terlalu besar. Sedangkan, rata-rata konsumsi kedelai semakin turun pada tahun 2009-2010. Pada tahun 2011, harga kedelai kembali mengalami kenaikan sebesar Rp375, rata-rata konsumsi masyarakat pun kembali naik.
Inflasi yang ditimbulkan akibat kenaikan harga kedelai pada tahun 2005-2007 cukup signifikan. Hyperinflation yang terjadi pada tahun 2007 menyebabkan stagflasi. Hal ini dipengaruhi oleh kuantitas kedelai yang semakin menurun, tetapi permintaan tetap naik terus menerus.
Pada tahun 2008, inflasi yang ditimbulkan cenderung turun secara drastis. Sedangkan pada tahun 2009, terjadi deflasi yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lambat karena konsumen menunda membelanjakan uangnya untuk membeli kedelai karena harga yang sangat jatuh. Pada tahun 2010, inflasi sama sekali tidak terjadi karena harga kedelai cukup stabil setelah mengalami deflasi. Pada tahun 2011 inflasi kembali tumbuh sebesar 6%.
Kelompok 2 (SMAK05-3)
Anggota:
Ayu Nurul Ardhita
Dharfan Aprianto
Ulfah Khairrunnisa
No comments:
Post a Comment